Logo Lintasterkini

Kisah Soleman, Juru Selamat dari Alor

Muh Syukri
Muh Syukri

Kamis, 08 April 2021 13:32

Soleman Kamenglet
Soleman Kamenglet

ALOR – Kokok ayam jago pagi itu lebih gaduh dari biasanya. Soleman Kamenglet terbangun dari peraduan dan segera loncat dari tempat tidurnya. Ada firasat buruk yang menyergap perasaan Ketua RT ini. Hari itu hari besar umat Kristiani, Paskah, Minggu (4/4/2021).

Benar apa yang dirasakan Soleman. Air sudah menggenang di sebagian Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Rasa tanggung jawabnya sebagai Ketua RT, mendorongnya berlari menggedor satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain. Soleman berteriak keras membangunkan tetangganya.

Soleman mengajak warga segera bergegas lari ke arah pegunungan. Menghindari banjir yang naik dengan cepat, hingga dalam waktu singkat sudah setinggi paha orang dewasa. Kurang lebih hampir satu meter.

Masih di bawah guyuran hujan, puluhan warga menghambur ke arah bukit. Ya, lokasi desa ini memang dijepit oleh lereng pegunungan di belakang, dan hamparan Laut Banda di depan.

Syahdan, sebanyak 45 KK yang terdiri atas 85 warga, berhasil selamat dari gelombang banjir kedua yang melanda sekitar 2,5 jam setelahnya, atau sekitar pukul 07.00 WITA. “Saat arus banjir datang lagi jam tujuh pagi, kami semua sudah berada di lokasi aman, dan semua selamat,” ujar Soleman sang juru selamat bagi warganya.

Meski hujan tidak juga berhenti, Soleman tetap meminta warganya bertahan di lokasi aman. Ia melarang warganya yang hendak pulang ke rumah, meski sekadar menengok.

Siklus 2,5 jam ketiga kembali datang. Gelombang banjir bah yang datang dari arah atas turun dengan sangat deras, membawa material apa saja yang menghalanginya. Pepohonan, bebatuan, tersapu banjir bah besar yang datang sekitar pukul 09.00 – 10.00 WITA. “Jam persisnya kurang tahu, tapi kurang lebih antara jam sembilan dan jam sepuluh. Langit gelap tertutup awan dan hujan,” ujar Soleman.

Gelombang banjir ketiga itulah yang menghancurkan hampir semua rumah warga. Tak kurang 41 rumah mengalami rusak berat dan rusak sedang. Bahkan tidak sedikit yang tercerabut dari pondasinya. Rumah seisinya bersih tersapu banjir yang kemudian terhempas ke Laut Banda.

*Kearifan Lokal*

Soleman menceritakan kisah heroiknya menyelamatkan warga di lingkungan RT yang ia pimpin, disaksikan Kepala BNPB Letjen TNI Dr (HC) Doni Monardo tepat di lokasi kejadian banjir di RT nya. Doni sendiri bersama rombongan BNPB, sejak Senin (5/4/2021) sudah berada di Nusa Tenggara Timur untuk mengkoordinasikan penanggulangan bencana.

Setelah mengunjungi Lembata kemarin (6/4/2021), hari ini Doni sudah berada di Alor. Salah satu kabupaten di ujung timur Provinsi NTT. Data terakhir hari ini (7/4/2021), korban meninggal dunia di Alor tercatat 25 jiwa, korban hilang 20 jiwa, korban luka-luka 25 jiwa. Jumlah rumah rusak berat tercatat 179 unit, rumah rusak sedang 181 unit, dan 5 Fasum ikut terdampak pula.

Usai kunjungan, Doni Monardo kembali ke Larantuka, Flores Timur. Malam hari, Doni mengajak peserta rapat koordinasi penanganan bencana NTT via zoom yang berlangsung di rumah jabatan bupati Flores Timur untuk belajar dari kisah kearifan lokal Soleman. Seseorang yang dituakan, lalu dipilih menjadi Ketua RT, akan sangat didengar oleh warganya.

Tak bisa dibayangkan seandainya Soleman tidak menggedor-gedor rumah warga, bisa dipastikan jumlah korban jiwa akan lebih banyak.

Sejatinya, peran warga sangat besar dalam mengatasi bencana alam. Bahkan, 80 persen, Tindakan penyelamatan korban dilakukan oleh warga itu sendiri. “Jadi budaya gotong royong harus dimasukkan dalam program mitigasi bencana,” tandas Doni Monardo.

Apa yang dilakukan Soleman, sejalan dengan yang kerap diingatkan Kepala BNPB Doni Monardo. Yakni para pejabat pemerintah terutama bupati, wali kota, camat dan kepala desa kiranya aktif mengikuti informasi cuaca oleh BMKG. Kalau seandainya daerah terdampak, maka harus memberi info kepada warga.

Misal malam, curah hujan tinggi, rumah di lereng/kaki bukit sebaiknya mengungsi dulu. Agar bisa menghindari terjadi longsor, pohon tumbang. Bagi yang rumahnya dekat sungai, lembah, sebaiknya mengungsi, mengamankan barang berharga.

“Setiap jam, harus ada piket, siaga, bergantian masyarakat membagi tugas, semacam siskamling bencana. Sehingga ketika ada potensi terjadi banjir bandang, masyarakat bisa mengetahui lebih dini,” ajak Doni.

Sumber: BNPB

 Komentar

 Terbaru

News20 Oktober 2025 19:34
Apel Bersama di Halaman Monas, Polri dan Ojol Bersatu Komitmen Jaga Jakarta
JAKARTA – Aparat Kepolisian dan ribuan Ojek Online (Ojol) mengenakan rompi biru bertuliskan ‘Jaga Jakarta’ bersatu. Itu terpantau sa...
Politik20 Oktober 2025 15:23
Rayakan HUT Partai ke-61, Munafri: Golkar Harus Hadir untuk Rakyat
MAKASSAR – Ketua DPD II Partai Golkar Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan komitmen besar untuk membawa Partai Golkar Makassar berjaya pada ...
News20 Oktober 2025 11:41
Momentum 356 Tahun Sulsel, Andi Sudirman Launching MYP Rp3,7 Triliun untuk Infrastruktur Strategis
MAKASSAR – Dalam momentum peringatan 356 tahun Sulawesi Selatan, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman memaparkan berbagai capaian strategis se...
News20 Oktober 2025 00:33
Dipimpin Munafri, Antar Makassar Raih Tiga Penghargaan Bergengsi di Hari Jadi Sulsel ke-356
MAKASSAR — Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Wali Kota Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham kembali menorehkan ca...