JAKARTA–Pasca terbunuhnya Jenderal Qosem Soleimani akibat serangan militer pesawat tanpa awak (drone), membuat konflik antara kedua negara yakni Iran dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas. Akibatnya, dampak dari konflik tersebut bakal memicu kenaikan harga minyak dunia.
Direktur Eksekutif Core Indonesia mengatakan, kenaikan harga minyak dunia akan berdampak pada negara importir minyak, salah satunya.
“Yang jelas dampaknya terhadap kenaikan harga minyak dunia akan menekan negara-negara net importir minyak seperti Indonesia,” kata Faisal, dikutip dari Liputan6.com Kamis, (9/1/2020).
Baca Juga :
Faisal menjelaskan, jika harga minyak naik signifkan tentunya akan berdampak pada pembentukan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik yang juga mengalami kenaikan.
“Jadi kenaikan BBM dan tarif listrik akan semakin membebani pelaku usaha dan rumah tangga,” Terangnya.
Senada dengan Ketua Dewan Pertimbangan Apindo, Sofjan Wanandi pun mengungkapkan, jika perang Iran dan AS pecah akan mendongkrak harga minyak dunia. Hal ini tentunya akan berdampak memberatkan Indonesia yang masih mengandalkan impor minyak.
Sebab, kata dia, pihaknya berharap konflik di Timur Tengah tersebut segera mereda. “Tentunya konflik ini pasti akan terjadi, cuma saya harapkan, jangan perang betul, kalau perang betul kita juga susah,” tuturnya.
Lebih lanjut Sofjan menambahkan Indonesia masih ketergantungan impor minyak, sebab produksi minyak dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
“Cadangan kan sedikit, rugi kita jangan perang, kalau dia perang kita celaka,” tandasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menanggapi santai terkait isu ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Menurutnya, pertikaian kedua negara tersebut tak perlu dibesar-besarkan meskipun akan berdampak kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
“Jangan kita terlalu heboh yang berlebihan,” katanya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (8/1).
Luhut mengakui, dampak terbesar memanasnya hubungan ke dua negara akan berimbas terhadap melonjaknya harga minyak dunia. Kendati begitu, baginya itu merupakan hal yang biasa-biasa saja.
“Ini pasti per dampak yah, dan pastinya naik harga minyak. Tidak apa-apa semua itu kan hidup pasti ada naik turun,” tandasnya.
Diketahui sebelumnya, Harga minyak melonjak lebih dari 4 persen pada Selasa (7/1) malam, setelah pejabat Pentagon mengatakan Iran melakukan penyerangan ke ke pangkalan udara Irak Al Asad Rabu (8/1) pagi. Pangkalan Udara itu menampung pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS melonjak hingga USD 2,85 atau 4,5 persen ke posisi USD 65,65. Harga ini merupakan level tertinggi sejak April, sebelum menarik kembali ke USD 64,11. Benchmark internasional, minyak mentah Brent naik lebih dari 4 persen ke sesi tertinggi USD 71,75 per barel, tertinggi sejak September, sebelum mundur kembali ke USD 69,86. (*)
Komentar