MAKASSAR – Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda Sulsel menggelar pesantren kilat di Mesjid Syuhada 45 Mapolda Sulsel, Kamis (9/2/17). Pesantren kilat dilakukan untuk lebih mendekatkan polisi dengan masyarakat, terutama dalam hal melakukan pembinaan kerohaniaan.
Pesantren kilat ini rencananya akan dilaksanakan selama 4 hari kedepan mulai tanggal 9 sampai 12 Februari 2017. Sebanyak 72 Polisi santri dari 24 Polres jajaran Polda Sulsel akan menimba ilmu dari tenaga pendidik yang ditunjuk.
Adapun tema yang diusung kali ini adalah “Pesantren Kilat Ditbinmas Polda Sulsel dalam Rangka Pembinaan dan Penyuluhan Polisi Santri Jajaran Polda Sulsel Tahun 2017.” Adapun pemateri Pesantren Kilat adalah Dr. Muh. Aras, Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar.
Baca Juga :
Wakil Direktur Bimbingan Masyarakat (Wadir Binmas) Polda Sulsel, AKBPp Idil Tabransyah yang membuka acara ini mengungkapkan bahwa tujuan dari pelaksanaan Pesantren kilat ini adalah untuk meningkatkan kualitas rohani anggota Polri dalam menghadapi tugas kedepan.
“Seandainya kita (Polisi) ini sapu maka yang kita bersihkan lebih dulu yang berada didalam lalu membersihkan yang diluar,” ucap Idil.
Guna lebih meningkatkan peranan kepolisian pada masyarakat, Direktorat Pembinaan Masyarakat (Ditbinmas) Polda Sulsel menggelar pesantren kilat di Mesjid Syuhada 45 Mapolda Sulsel, Kamis (9/2/17).
Untuk mewujudkan seorang polisi santri, maka Ditbinmas Polda Sulsel memilih sosok anggota polisi yang pandai mengaji dan paham mengenai ilmu agama. Sehinga ke depannya polisi-polisi santri ini saat berbaur dengan masyarakat mereka bisa melakukan ceramah, bisa muadzin dan bisa mrnjadi imam sholat.
[NEXT]
Tapi sebelum polisi-polisi santri tersebut dilepas berbaur ke tengah-tengah masyarakat, terlebih dahulu polisi ini akan dibekali ilmu agama lebih dalam lagi dalam pesantren kilat yang dilaksanakan selama 4 (empat) hari ke depan. Sehingga begitu selesai menjalani sebagai santri polisi, maka mereka akan bisa mrmberikan ceramah dan menjadi imam di mesjid-mesjid.
Dengan adanya polisi santri tersebut, Wadir Binmas AKBP Idil Tabransyah mengharapkan, agar imej bahwa polisi selalu berada di tempat yang riskan terjadi tindak kejahatan misalnya tempat hiburan, akan segera hilang. Justru sebaliknya, polisi-polisi santri dapat tampil memberi pembinaan rohani kepada masyarakat, termasuk menyampaikan ceramah di mesjid-mesjid dalam wilayahnya.
Sebagai daerah dengan kulturistik unik,masyarakat Sulsel mendorong program Polisi Santri menjadi kegiatan berkelanjutan. Masyarakat merasakan manfaat besar dari program ini, secara spiritual maupun adat istiadat. Polisi Santri .
Ulama harismatik Sulsel, Anre Gurutta Haji Sanusi Baco beberapa waktu lalu mengatakan, untuk membangun negara, harus dimulai dari aparat yang berakhlakul karima. Aparat yang bisa menjaga perilaku dan tutur katanya, akan membawa masyarakatnya pada kemaslahatan.
Polisi kata Anre Gurutta, juga bagian dari aparat negara. Polisi yang berakhlakul karima sangat dibutuhkan negara ini. Terutama dalam membangun rasa aman bagi seluruh rakyat.
“Polisi yang berakhlak adalah penopang negara. Negara ini bisa aman, masyarakat bisa damai dan lingkungan terjaga kalau polisi kita memiliki empat dan condong para kebenaran,” katanya.
Karena itulah penting bagi polisi untuk banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal ini berimplikasi mendekatkan polisi dengan umat. Sehingga kata Anre Gurutta, tidak ada pembatas antara polisi dan umat.
“Bagiamana caranya dekat dengan umat, ya harus banyak-banyak terlibat dalam kegiatan umat. Polisi itu tugas mulia. Umat ini butuh polisi sebagai pengayom dan pelindung,” paparnya. (*)
Komentar