MAKASSAR — Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat berpotensi meluas. Kota Makassar, Sulawesi Selatan, salah satu daerah yang berpotensi menyusul Jawa-Bali.
Sinyal PPKM Darurat di Kota Makassar ini menyusul tingginya angka penularan Covid-19 selama sepekan terakhir. Rata-rata penularan per hari berada di atas 300 kasus.
Angka penularan kasus tertinggi terjadi pada (11/7/2021) lalu. Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tembus di angka 346 orang.
Baca Juga :
Sehari sebelumnya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 300 kasus. Sementara pda (12/7/2021) sempat turun di angka 138 kasus.
Setelah itu, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 naik lagi menjadi 235, 272, 282, dan terakhir pada (16/7/2021) sebanyak 340 kasus baru.
Peningkatan kasus tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk menerapkan PPKM Darurat. Butuh intervensi khusus untuk segera menekan tingginya angka penularan.
Apalagi saat ini, capaian vaksinasi Covid-19 di Makassar secara keseluruhan masih kecil. Hingga saat ini presentasenya baru 31,94 persen dari total penduduk sebesar 1.423.877.
Berdasarkan data, konversi tempat tidur (TT) Covid di Kota Makassar sebesar 23 persen. Kemudian Bad Occupancy Rate (BOR) tercatat sebesar 48 persen. Sementara level asesmen berada di angka “4”.
Informasi yang dihimpun, pertimbangan untuk penetapan kabupaten/kota di luar Jawa-Bali di antaranya dari hasil evaluasi demgan indikator level asesmen, kenaikan kasus harian, tingkat BOR, serta capaian vaksinasi.
Hasil evaluasi atas kenaikan kasus mingguan yang signifikan, khususnya di kabupaten/kota dengan level asesmen “4” paling berpotensi menerapkan PPKM Darurat.
Apalagi, di Kota Makassar sudah ada pasien terkonfirmasi positif Covid-19 varian delta. Hal tersebut pun telah diungkapkan Kepala Dimas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari.
Ichsan mengatakan, ada sepuluh pasien Covid-19 di Sulsel yang tarpapar varian delta. Mereka di rawat di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.
“Sudah ada keluar hasilnya dari Litbangkes dua hari lalu. Ada sepuluh yang kena varian delta,” beber Ichsan.
Ichsan menegaskan, mereka terkonfirmasi positif pada Juni 2021 lalu. Semuanya telah sembuh usai menjalani isolasi di Rumah Sakit Pelamonia.
“Kan dulu kita tidak tahu, mereka ini varian apa yang kena. Setelah dapat dari Litbangkes baru ketahuan,” jelasnya.
Ichsan mengaku, varian delta memiiki tingkat penyebaran yang tinggi dan cepat. Namun ia tak bisa memastikan, penyebab naiknya kasus yang terjadi karena adanya varian delta.
“Saya tidak bisa berasumsi sepeti itu, intinya dua hal untuk menangani pandemi, batasi pergerakan dan patuhi protokol kesehatan,” tutupnya.
Sebelumnya, pakar epidemiolog Unhas, Ridwan Amiruddin mengungkap virus corona varian delta sudah masuk ke Sulsel.
“Laporan dari kementerian dari seluruh sampel yang diperiksa ada 10 varian delta di Sulsel, dan itulah yang menjadi bibit yang menyebar kemana-mana,” ucap Ridwan Amiruddin saat dihubungi awak media, Jumat (16/7/2021).
Ia menambahkan, masuknya varian delta ke Sulsel mempengaruhi tingginya angka kasus corona. Ridwan menyebutkan, varian delta ini daya tularnya tinggi daripada upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat.
“Varian delta mempengaruhi angka Covid-19 naik. Varian delta sudah masuk di sulsel nah varian delta ini daya tularnya tinggi,” beber Ridwan.(*)
Komentar