Logo Lintasterkini

Ujicoba Vaksin Covid-19, tidak Ditemukan Efek Samping yang Berat

Abdul Gaffar Mattola
Abdul Gaffar Mattola

Selasa, 17 November 2020 19:58

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc.

JAKARTA — Uji klinik vaksin Sinovac, telah masuk tahap III dan selesai melakukan penyuntikan kepada ribuan relawan di Indonesia. Sejauh ini hasil uji klinik fase III dinyatakan aman dan tidak ditemukan reaksi berlebihan.

Penjelasan ini disampaikan Guru Besar Fakultas Keokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, Seni (16/11/2020). Dikatakan, terkait proses pembuatan vaksin yang cepat, ia mengatakan bahwa teknologi dan kemampuan sumber daya yang maju, serta ketersediaan biaya, mempercepat proses penemuan vaksin COVID-19, dimana fase-fase yang harus dilalui dilakukan secara paralel.

Laporan keamanan uji klinik vaksin COVID-19 fase satu dan dua telah dipublikasikan pada publikasi internasional dan menunjukkan hasil yang baik. Hasil tersebutlah yang menarik minat lebih dari 2000 relawan untuk berpartisipasi pada uji klinik fase tiga di Bandung.

Dari 2000 relawan tersebut, 1620 relawan memenuhi syarat untuk berpartisipasi hingga saat ini telah selesai divaksinasi dan menuggu laporan hasil uji resminya. Prof. Cissy menegaskan, efek samping vaksin COVID-19 yang telah diuji coba pada ribuan relawan di Indonesia, tidak ditemukan efek samping yang berat.

“Info atau berita mengenai adanya yang meninggal, sakit berat, sakit punggung, itu tidak terbukti dari hasil uji klinik vaksin COVID-19. Setelah dilakukan penelitian, kejadiannya ternyata tidak berhubungan langsung dengan ujicoba vaksinasi,” tegas Prof. Dr. dr. Cissy Kartasasmita.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Cissy juga menghimbau kepada orang tua untuk tetap rutin memberikan vaksin kepada anak-anak dan balita. Ada 12 program imunisasi nasional yang diberikan gratis pada anak-anak dan balita.

Dalam kondisi pandemi, pemberian vaksin rutin diberikan, agar tidak menjadi pandemi yang lain nantinya. Dikatakannya, yang paling rawan yakni penyakit campak karena sangat mudah menular, sehingga imunisasi pada bayi itu yang paling utama, jadi tidak betul bayi tidak boleh diimunisasi.

“Vaksin adalah salah satu cara kita untuk terlindungi dari infeksi penyakit tertentu. Namun kita tetap harus melakukan perilaku 3 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak aman) secara disiplin, sampai akhir pandemi nanti,” tutup Prof. Cissy. (*)

 Komentar

 Terbaru

News29 November 2024 23:10
Frederik Kalalembang Temui Kapolda Sulsel, Soroti PT Masmindo dan Apresiasi Keamanan Pilkada
MAKASSAR – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang, mengadakan pertemuan dengan Kapolda Sulawesi Selatan, ...
News29 November 2024 20:45
Bumi Karsa Tuntaskan Penanaman 5.500 Pohon di Sulawesi, Jawa hingga Sumatera
MAKASSAR – Bumi Karsa kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Penanaman 5.500 pohon telah dilakukan pada berbagai pro...
Ekonomi & Bisnis29 November 2024 20:39
Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Sulselbar-BPS Kembali Gelar SNLIK 2025
MAKASSAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulsel Sulbar bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel dan BPS Provinsi Sulbar ke...
News29 November 2024 14:04
PPDB Sekolah Islam Athirah Dibuka Mulai 1 Desember 2024
MAKASSAR – Sekolah Islam Athirah membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026 mulai 1 Desember 2024. Total kuota yang dis...