MAKASSAR – Kota Makassar setiap hari dihebohkan dengan kasus kriminal yang tak kunjung ada habisnya. Beberapa hari terakhir, kasus menonjol adanya teror bom molotov yang menimpa sekolah dan gereja yang ada di Makassar.
Baca Juga :
Pertanyaannya kemudian, apa yang sudah dikerjakan aparat kepolisian? Tentunya yang bisa menjawab adalah aparat kepolisian sendiri. Meski diakui, mungkin teror bom molotov dan peristiwa tawuran membuat aparat “sakit kepala” memikirkan solusi yang terbaik. Berbagai upaya mungkin pula sudah dilakukan.
Namun terlepas dari itu, masyarakat tentunya ingin melihat hasil yang nyata dan bukti, bukan semata hanya janji belaka . Makin maraknya tawuran dan teror bom tentunya membuat masyarakat kerap memandang sebelah mata aparat kepolisian. Apakah mampu menyelesaikan kasus-kasus tersebut.
“Masyarakat saat ini sudah sangat resah dengan maraknya tawuran antar kelompok pemuda. Namun tidak ada tindakan tegas yang memberikan efek jera kepada para pelaku,” ungkap Sekretaris Komisi Nasional Pengawasan Aparatur Negara Republik Indonesia (Komnas Waspan RI) Nasution Jarre.
Polisi terkesan dininabobokan dengan kebanggaan menuntaskan kasus-kasus lain. Namun, tawuran dan teror bom tak kunjung usai.
“Jangan sampai, aparat hanya puas dengan penghargaan yang telah diterima sebagai bentuk keberhasilan menyelesaikan kasus-kasus dan pengamanan Pemilihan Gubernur Sulsel yang dianggap berlangsung aman. Tapi, mengenai teror bom molotov yang terus terjadi di gereja dan sekolah tidak bisa dituntaska,” ungkapnya lagi.
Nasution mengaku, belum selayaknya anggota kepolisian diberikan penghargaan seperti yang dilakukan Kapolda Sulsel Irjen Pol Mudji Waluyo terhadap sejumlah bintara beberapa waktu lalu. Harusnya, yang patut memberikan pengharaan adalah masyarakat yang merasakan betul kinerja kepolisian.
Indikatornya, sambungnya lagi, jika masyarakat sudah merasa tenang dan aman dari segala bentuk teror dan tindak kriminal. (tim)
Komentar