MAKASSAR – Forum Pembauran Kebangsaan menggelar dialog kebangsaan dengan tema “Refleksi Nasionaluame Dalam Mengokohkan NKRI”. Dialog ini diselenggarakan, Minggu, (20/5/2018), sekira pukul 15.00 di Tanahberu Room, Hotel Losari Beach, Jalan Penghibur Nomor 20 Makassar.
Dialog ini dihadiri tokoh masyarakat yang mewakili segenap warga Indonesia yang terluka rasa kemanusiaan dan kebangsaannya atas kondisi NKRI saat ini. Tokoh masyarakat yang hadir diantaranya tokoh lintas agama, tokoh adat, LSM, tokoh pemuda serta pekerja seni.
Mereka berkumpul menggelar dialog, doa bersama dan menyatakan sikap terkait Nasionalisme saat ini. Dialog menghadirkan narasumber yakni Dr A Halilintar Lathief, M.Pd selaku Ketua Forum Pembawa Kebangsaan (FPK) Sulsel, Ir Sululan Dale MT selaku Wakil Ketua Alumni Lemhanas dan Ir Arwan Tjahyadi selaku inisiator pertemuan.
Baca Juga :
Ketua Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK) Sulsel, Dr A Halilintar Lathief menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan dialog kebangsaan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kerukunan antar sesama anak bangsa.
“Dialog mutlikultur merupakan sebuah hal yang penting dilakukan oleh negara multi etnis, budaya dan agama seperti Indonesia,” kata Dr A Halilintar.
Sementara itu, Ir Arwan Tjahyadi mengatakan, pertemuan ini juga mendorong warga masyarakat menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengokohkan nilai-nilai kebangsaan dan merawat keberagaman. Dia mengingatkan kepada seluruh warga untuk tidak menggunakan media sosial (medsos) sebagai sarana merusak dan memecah belah antar masyarakat.
“Media sosial seharusnya bisa menjadi instrumen untuk meningkatkan rasa kebangsaan dan nasionalisme anak bangsa,” ujar Arwan Tjahyadi.
Dikatakannya, multikulturalisme merupakan sebuah warisan budaya yang perlu dijaga dan berfokus pada konsep kebangsaan dalam konteks kebudiluhuran. Menurutnya langkah awal yang perlu diambil dalam mengaktualisasi konsep kebangsaan dalam konteks kebudiluhuran dapat dilakukan dengan memupuk kebanggaan berbangsa, khususnya diantara generasi muda.
Pluralisme lebih baik dikembangkan melalui pendekatan budaya, lanjut Arwan, tidak hanya melalui agama, dalam menjelaskan mengenai pentingnya peran budaya dalam mempersatukan masyarakat Indonesia yang majemuk mengingat meski terdapat banyak budaya yang ada di Indonesia, namun nilai-nilai inti dari masyarakat di Indonesia relatif sama dari Sabang sampai Merauke.
Lebih lanjut dikatakan, Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei sebagai hari pernyataan mengenai bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan dan ketertindasan, bangkitnya semangat Nasionalisme Indonesia, serta bangkitnya kaum muda Indonesia.
“Melalui hari Kebangkitan Nasional, kita mendorong partisipasi dan kontribusi aktif kaum muda dalam mengawal kehidupan bangsa yang majemuk,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forum Pembawa Kebangsaan Dr A Halilintar Lathief, yang juga bertindak sebagai moderator dalam dialog kebangsaan memberikan kesempatan tanya-jawab yang disambut dengan penuh antusias oleh para peserta.
“Kami mendesak pemerintah dan kelompok masyarakat untuk menjaga keutuhan NKRI dan harmoni antar warga menghilangkan sikap saling curiga yang dapat memperburuk semangat Nasionalisme,” pungkasnya. (*)
Komentar