GOWA – Ternyata di era modernisasi dimana teknologi semakin berkembang, masih saja ada daerah yang terisolir di tengah keramaian. Suatu daerah dikatakan terisolir bukan saja hanya akses jalan yang cukup jauh, tapi juga terisolir karena tidak adanya dukungan pembangkit listrik yang masuk di daerah itu.
Salah satu daerah yang terisolir karena tidak adanya dukungan listrik sebagai penerang masih ditemukan di Desa Borisallo, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. Akibatnya, ratusan Kepala Keluarga tidak dapat menikmati kehidupan malam yang menggunakan energi listrik, bahkan desa itu terkesan tanpa kehidupan di malam hari.
Masyarakat yang tinggal di Desa Borisallo sampai saat ini kesulitan beraktivitas di malam hari, akibat tidak tersedianya listrik yang masuk di desa itu. Padahal desa ini sudah ada sejak Negara Republik Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 71 tahun silam.
Baca Juga :
Menurut Kepala Desa Borisallo, Arif bahwa kampung yang dihuni oleh ratusan warga ini telah berdiri sejak Indonesia merdeka. Namun sangat disayangkan hingga kini belum dapat menikmati aliran listrik dari PLN yang masuk ke desanya.
Bahkan warga hanya diberikan janji dengan memasang kabel listrik yang pengerjaannya terputus. Ia mengakui, pernah warganya bermohon mendapatkan listrik, tapi belum juga direspon oleh pihak PLN.
“Aa sekitar 25 rumah di kampung ini yang tidak punya aliran listrik. Pernahmi warga bermohon di PLN tapi sampai sekarang belumpi dikasih listrik,” keluh Kepala Desa, Arif, Minggu, (23/10/2016).
Warga berharap agar Pemerintah segera merelisasikan janjinya untuk memasukkan listrik PLN di Desa Borisallo. Selama ini, Warga hanya mengandalkan penerangan dari lampu minyak tanah yang hanya menjadi penerang seadanya. Kondisi tersebut makin memprihatinkan, saat anak-anak sekolah belajar malam hari di bawah remang-remang cahaya lampu minyak saja.
Salah seorang pelajar yang bersekolah di salah satu SMP di daerah itu, Haidir (13) mengungkapkan dirinya kesulitan belajar malam hari. Persoalannya, cahaya lampu dari minyak hanya bisa menerangi seadanya, sehingga tidak membuat dirinya betah belajar berlama-lama.
“Setiap malamka belajar pakai lampu minyak tanah karena di rumah ku tidak ada listrik. Minta tolong perhatian Pemerintah daerah kasian supaya membantu desa kami masukkan listrik juga,” pinta Haidir. (*)
Komentar