MAKASSAR – Pemimpin masa depan harus memiliki kemampuan kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi secara global.
Demikian disampaikan Erwin Akib PhD saat mewakili Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (BEM-PTMAI) se-Indonesia yang diselenggarakan di Unismuh Makassar pada Selasa, 23 April 2024.
“Di berbagai forum nasional maupun internasional, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan komunikasi dan kolaborasi yang baik,” ujar Erwin Akib.
Baca Juga :
Ia mencontohkan Walikota Makassar Ir H Moh Ramadhan Pomanto atau yang biasa disapa Danny Pomanto yang tidak mungkin bisa hadir di forum internasional jika tidak memiliki kemampuan kolaborasi global yang cukup baik.
Lebih lanjut, Erwin Akib mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat Unismuh unggul adalah peran aktif lembaga mahasiswa dalam mendukung kinerja pimpinan perguruan tinggi.
“Unismuh bisa unggul karena peran aktif lembaga mahasiswa. Saat ini, Muhammadiyah memiliki 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA), termasuk perguruan tinggi yang ada di Malaysia. Ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah sangat peduli terhadap dunia pendidikan,” jelas Erwin Akib.
Ia juga mengingatkan bahwa sehebat apapun seseorang, jika tidak memiliki karakter dan nilai yang kuat, maka mereka tidak akan bisa berkembang.
“Sehebat apapun kita, kalau kita tidak punya karakter value, kita tidak bisa berkembang, nilai kultural kita tidak bisa dipertahankan serta kemajuan yang kita raih juga tidak bisa dijaga,” tegas Erwin Akib.
“Saya berharap Rakernas BEM PTMA se Indonesia ini dapat melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang energik, cerdas, dan mampu berkolaborasi secara global. Bahkan, bisa menjadi pembicara utama di forum internasional,” pungkas Erwin Akib.
Rakernas BEM-PTMAI di Unismuh Makassar, yang bakal berlangsung hingga 26 April 2024, diharapkan dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas menuju Indonesia emas 2045.
Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus BEM PTMAI se Indonesia dihadiri Walikota Makassar Danny Pomanto, Wakapoltabes Makassar, Asisten II Makassar, Rektor Unismuh diwakili Wakil Rektor II, Prof Andi Sukri Syamsuri, para dekan dan wakil dekan se Unismuh, dan para pengurus lembaga eksekutif mahasiswa PTMA se-Indonesia.
Menuju Indonesia Emas
Sementara itu, dalam sambutannya, Wali Kota Makassar, Dany Pomanto, menyampaikan visi tentang Indonesia Emas.
Menurut Danny, perjalanan 100 tahun bangsa Indonesia yang dicanangkan pada tahun 2024-2025 harus diwarnai dengan pencapaian signifikan, menjadikan Indonesia sebagai negara maju, bahkan masuk dalam empat besar negara maju di dunia.
“Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang memegang kunci menuju Indonesia Emas,” tegas Dany Pomanto.
Namun, ia mengingatkan bahwa menuju Indonesia Emas bukanlah jalan yang mudah. Dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks yang perlu dipahami dan diantisipasi.
Empat Bencana Global
Bencana pertama adalah bencana populasi. Kapasitas logistik dunia hanya mampu menampung 6 miliar manusia, namun saat ini populasi global hampir mencapai 8 miliar dan diprediksi akan mencapai 10 miliar pada tahun 2020.
“Penduduk dunia terbesar hari ini adalah India, bukan lagi Cina,” kata Danny Pomanto.
Akibat ledakan populasi ini, akan terjadi konflik ruang, konflik makanan, dan konflik-konflik lainnya.
Bencana kedua adalah bencana hidrologi akibat perubahan iklim. Suhu bumi telah naik 1,3 derajat, dan jika mencapai 3 derajat, banyak spesies akan punah.
“Kenaikan suhu ini menyebabkan es di kutub mencair,” jelas Danny Pomanto.
Permukaan air laut pun naik, mengakibatkan bencana rob dan cuaca ekstrem.
Bencana ketiga adalah bencana pangan. Perang di Ukraina dan sanksi global telah mengganggu pasokan pangan dunia, memicu krisis pangan di beberapa negara.
“Kita harus mandiri dalam hal pangan,Kita perlu meningkatkan produksi pangan dan memperkuat ketahanan pangan nasional,”tegas Danny
Bencana keempat adalah bencana energi. Ketergantungan pada energi fosil telah menyebabkan emisi gas rumah kaca yang memperparah perubahan iklim. (***)
Komentar