MAKASSAR – Anggota Komisi C DPRD Kota Makassar, Nunung Dasniar, menyoroti pemilihan lokasi Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di kawasan Tamalanrea.
Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) harus kaji ulang pemilihan lokasi PSEL di Tamalanrea.
Nunung Dasniar menyoroti hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, kawasan di Kecamatan Tamalanrea merupakan salah satu daerah titik rawan banjir. Jangan sampai, penetapan itu semakin menyebabkan banjir tambah parah, karena berdampak ke masyarakat.
Baca Juga :
“Saya minta Pemkot Makassar atau panitia PSEL mengkaji ulang pemilihan lokasi PSEL di Tamalanrea. Jangan sampai dampak negatifnya semakin banyak ketimbang asas manfaat ke masyarakat,” tegas Nunung Dasniar, Sabtu (24/6/2023).
Diketahui, ada dua calon lokasi yang berada di wilayah Kecamatan Tamalanrea masuk tiga besar lelang, terindikasi bermasalah. Selain itu, warga menolak keras, karena tidak ada pemberitahuan atau sosialisasi sebelumnya ke masyarakat.
Dua calon lokasi PSEL yang masuk tiga besar itu, masing-masing adalah Kompleks Green Eterno, Jl Insinyur Sutami, RT00/RW05, Kelurahan Bira, kecamatan Tamalanrea. Lainnya di Jl Kapasa Raya, RW01, RT01 Kecamatan Tamalanrea. Kedua lokasi tersebut dinilai tidak layak dan tak memenuhui syarat sebagai lokasi PSEL.
“Nah, ini perlu ada sosialisasi pemerintah, ungkap positif dan negatif dari PSEL ini di Kecamatan Tamalanrea,” ungkapnya.
Apalagi, sambung Nunung Dasniar, PSEL ditetapkan sebagai salah satu program di dalam PSN sesuai Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020. Lokasi PSEL tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018, di dalamnya ada Kota Makassar.
Terlebih, Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, pernah menyampaikan dalam beberapa tentang rencana percepatan PSEL dan kondisi pengelolaan sampah di Kota Makassar. Upaya Reduce, Reuse, Recycle (3R) melalui Bank Sampah di Kota Makassar telah maju dengan pesat dan diharapkan hal ini dapat tetap berkembang seiring dengan pembangunan PSEL.
“Tentu mestinya PSEL ini terintegrasi dengan TPA Antang,” ujarnya.
Informasi menyebutkan, Kompleks Green Eterno itu, dalam pengawasan kurator bank. Selain itu, banyak bangunan gudang dan padat penduduk, serta jauh dari sungai sebagi syarat mutlak pembangunan PSEL.
“Kalau Green Eterno banyak sekali masalahnya, lokasi itu juga dalam pengawasan kurator bank. Masyarakat di sana juga menolak,” kata Hasanuddin, tokoh masyarakat setempat.
“Tidak bisa itu di Green Eterno, rawan banyak sekali masalah lahan di situ,” sambungnya.
Begitupula lokasi yang berada di RW 01, Kelurahan Kapasa Raya, di sana tidak ada sungai, dan lokasi tersebut sengketa. Ada dua orang yang mengklaim lokasi di sana dan masih berproses hukum.
“Tentu kita berharap pemkot utamanya panitia lelang, agar hati-hati menentukan lokasi PSEL. Kami sarankan dua lokasi yang masuk tiga besar itu ditinjau ulang,” ujarnya.
Saat ini, Pemkot Makassar sudah membuka tahapan lelang untuk mencari perusahaan yang punya kompetensi dalam melaksanakan PSEL.
Proses lelang saat ini memasuki tahapan menentukan pemenang dari perusahaan konsorsium asal Cina yang lolos tiga besar dalam lelang.
Komentar