MAKASSAR – Beberapa figur akademisi mulai digadang-gadang bakal meramaikan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Hal ini pun mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, salah satunya dari pakar Hukum Tata Negara Prof Andi Pangeran Moenta.
Kata professor ini, akademisi memiliki modal besar dalam memimpin daerah. Sebab, memiliki dasar pengetahuan secara ilmiah untuk menjadi pemimpin yang berhasil membangun daerahnya.
Menurutnya, lebih lagi tenaga pendidik yang berlatarbelakang dari ilmu pemerintahan. Jika dibandingkan dengan politisi, maka akademisi jauh lebih berkualitas.
Baca Juga :
“Melihat dari kompotensi, akademisi memiliki modal besar untuk menjadi pemimpin sukses,” ujar Prof Andi Pangeran Moenta di Makassar, Selasa, (25/10/2016).
Ketua KAHMI Kota Makassar ini mengutip sebuah statemen bahwa perbedaan antar akademisi dan politisi memiliki dua sisih yang berbeda. Akademisi memiliki poin yang tidak dimiliki politisi, sedangkan politisi memiliki power tidak dimiliki akademisi.
Andi Pangeran memberikan contoh, jika ada politisi yang terpilih dalam Pilkada akan memiliki power. Sedangkan poin dia mesti belajar lama, sedangakan tenaga pendidik yang terpilih dalam Pilkada, maka dia akan memiliki poin dan power.
Contohnya, Bupati Bantaeng Prof HM Nurdin Abdullah yang memiliki track record berhasil membangun daerahnya. Ia menambahkan, akademisi memiliki poin pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, sedangkan politisi memiliki power kekuasaan.
Lebih jauh, Andi Pangeran mengungkapkan tenaga pendidik selalu bergelut di dunia pengetahuan di kampus atau sekolah yang mempunyai nilai objektif, kritis, transparan, dan dinamis yang nantinya akan melekat pada dirinya. Andi Pangeran menegaskan negara membutuhkan akademisi untuk membangun.
“Untuk itu harus ada ruang bagi akademisi menjadi pemimpin masa depan. Rugi negeri ini, ketika kita batasi akademisi,” tutupnya. (*)
Komentar