Logo Lintasterkini

436 Pengungsi Korban Longsor di Enrekang Masih Takut Pulang

Muh Syukri
Muh Syukri

Jumat, 27 Mei 2016 10:13

Longsor di salah satu wilayah di Kabupaten Enrekang.
Longsor di salah satu wilayah di Kabupaten Enrekang.

ENREKANG — Bahaya bencana tanah longsor di Desa Parombean, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, masih terus mengancam warga di desa tersebut. Buktinya, Rabu (25/5/2016), longsor susulan kembali terjadi di Dusun Liba, Desa Parombeang.

Meski tidak ada korban dalam longsor tersebut, namun tim BPBD Kabupaten Enrekang yang siaga di posko pengungsian langsung mengevakuasi warga mengingat cuaca yang masih ekstrim dan kelabilan tanah yang terus bergerak jika turun hujan.

Melihat kenyataan ini, 436 warga yang berada di posko pengungsian mengaku takut kembali ke rumahnya. Terakhir, satu rumah di Dusun itu terpaksa dibongkar karena sudah sangat rawan longsor.

Rumah panggung milik Damri terpaksa dibongkar karena kolom rumahnya mengalami keretakan sepanjang 5 hingga 8 meter di beberapa bagian. Menurut Damri, keretakan di kolom rumahnya sudah terjadi pada beberapa hari lalu dan semakin bertambah parah seiring hujan deras yang terus mengguyur Desanya.

“Mulai hari Sabtu, kami tidak tinggal di rumah lagi karena takut jangan sampai keretakan tanah bertambah parah yang mengakibatkan rumah kami bisa ambruk setiap saat. Untuk sementara, saya bersama tujuh anggota keluarga lainnya, terpaksa mengungsi ke rumah kerabat, ” tutur Damri.

Selain Dusun Liba, sudah enam Dusun di Desa Parombean yang terkena dampak dari bencana tanah longsor yakni Dusun To’Collo, Bau, Sarang, Bunga Mandoe, Buntu Limbong dan Letobara.

Sementara, Kepala Desa Parombean, Abdul Rahman saat dikonfirmasi awak media melalui telepon selulernya mengatakan, hingga saat ini jumlah pengungsi di posko pengungsian tidak ada yang berubah.

“Memang ada beberapa kepala keluarga yang kembali ke rumahnya. Tapi, mereka tetap dihitung sebagai korban pengungsi karena pada saat hujan, semuanya akan kembali ke posko pengungsian,” jelas Abdul Rahman, kemarin.

Rahman menambahkan, pada siang hari, biasanya para pengungsi akan meninggalkan posko pengungsian untuk menggarap sawah dan kebunnya.

“Biar bagaimanapun mereka tidak selamanya hidup di pengungsian. Mereka punya keluarga yang harus mereka hidupi. Apalagi, mereka punya anak-anak yang masih sekolah,” ungkapnya.

Saat ini, posko pengungsian yang sebelumnya ada tiga tempat telah disatukan di Posko I SD Negeri 194 Buntu Limbong.(*)

 

 Komentar

 Terbaru

News09 Juli 2025 20:35
TNI Hormati Keputusan Pemerintah Tunjuk Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramadhani sebagai Dirut Perum Bulog
JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) menghormati dan mendukung penuh keputusan pemerintah yang menunjuk Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramadhani s...
News09 Juli 2025 18:25
Mercure Makassar-DLH Makassar Sosialisasi Pengolahan Sampah Basah Menjadi Eco Enzym dan Maggot
MAKASSAR – Sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, Mercure Makassar Nexa Pettarani menggelar kegiatan edukatif bertajuk ...
Ekonomi & Bisnis09 Juli 2025 18:14
Indosat Business Luncurkan Vision AI, Solusi Pengawasan Cerdas Berbasis AI untuk Efisiensi dan Keamanan Bisnis
JAKARTA – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melalui Indosat Business , memperkenalkan Vision AI , sebuah solusi pengawasan berbasis k...
Ekonomi & Bisnis09 Juli 2025 18:09
Kalla Toyota Hadirkan Auto Show 2025, Pameran Otomotif Terbesar di Sulawesi 
MAKASSAR – Memasuki pertengahan tahun, Kalla Toyota hadir membuat pameran otomotif terbesar di Sulawesi dengan penawaran spesial dan berbagai ak...