JAKARTA — Kini, pemerintah tengah mempersiapkan program vaksinasi Covid-19 bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tujuannya tentu ingin melindungi masyarakat dari paparan virus corona yang bisa mematikan seseorang jika memiliki riwayat penyakit bawaan.
Informasi yang kurang tepat dan tidak sesuai akan dapat mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap vaksin. Oleh karena itu, perlu untuk meluruskan informasi kepada masyarakat agar menjawab keragu-raguan terhadap vaksin Covid-19, yang direncanakan mulai dapat disuntikkan kepada masyarakat tahun 2021.
vaksinolog/dokter penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe memberikan penjelasan dalam dialog produktif bertema ‘Ungkap Fakta Vaksin, Jangan Tertipu Hoaks’ di Jakarta, Selasa (29/12/2020) menenangkan masyarakat untuk tidak khawatir akan adanya fenomena ADE (Antibody-dependant enhancement) pada vaksin Covid-19. Ditegaskan, ternyata ADE dalam berbagai penelitian dan uji klinik vaksin Covid-19 ini tidak terbukti.
Baca Juga :
“Sampai sekarang pada semua merek vaksin Covid-19, risiko ini tidak terjadi,” tegasnya.
Menurut dr. Dirga, profil keamanan dari proses uji klinik seluruh merek vaksin Covid-19 dilakukan dengan sangat baik. Sehingga tidak ada efek samping yang sangat serius sejauh uji klinik dilakukan.
Dalam proses pembuatan vaksin Covid-19, dr. Dirga mengungkapkan bahwa WHO menerapkan standar efektivitas vaksin 50%. Artinya kalau di bawah 50% vaksin tidak layak diedarkan.
“Tetapi vaksin yang efektivitasnya 90%, 80% atau bahkan 60 atau 70% pun pada masa pandemi ini, dampaknya sangat terasa dan sangat penting. Karena sampai sekarang kita belum punya vaksin atau obat untuk Covid-19”, tambahnya.
[NEXT]
Dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, vaksin yang sudah ada di Indonesia baru bisa diberikan kepada masyarakat dalam batasan usia 18-59 tahun. Batasan usia ini karena pada masa uji klinik, relawan yang berpartisipasi berada pada rentang umur tersebut.
“Kemungkinan untuk memberikan vaksin Covid-19 baik untuk lanjut usia atau anak-anak masih terbuka lebar, namun harus menunggu penelitian lebih lanjut,” terang dr. Dirga.
dr. Dirga juga menilai keliru jika ada pendapat bahwa setiap negara harus memiliki vaksin yang berbeda. Dikatakan lagi, nantinya data-data uji klinik berbagai negara akan dianalisis secara bersamaan, sehingga bisa disimpulkan gambaran utuh bagaimana tingkat keamanan dan efektivitasnya.
Vaksinolog ini juga meminta masyarakat tak takut dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang bersifat ringan. Pasalnya, manfaat dari vaksin Covid-19 jauh lebih besar.
“Jadi vaksin Covid-19 ini akan melindungi kita dari terdampak Covid-19 yang bergejala, termasuk COVID-19 yang berat, sampai menghindari kematian akibat Covid-19,” tegasnya.
Meski KIPI tak perlu dikhawatirkan, masyarakat harus jujur dalam mengungkapkan kondisi kesehatannya sebelum menerima vaksin. Dikatakan, sebelum vaksin itu diberikan, sudah ada proses pengamatan.
“Jadi dokter atau tenaga kesehatan akan bertanya dulu pada hari itu apakah Anda sehat, ada penyakit lain atau tidak, ada riwayat lain atau tidak. Masyarakat tidak usah khawatir, selama memenuhi syarat orang itu layak menerima vaksinasi,” tutup dr. Dirga. (*)
Komentar