MAKASSAR – Para pendiri bangsa dari berbagai kelompok dan golongan serta latar belakang yang berbeda pula, duduk bersama menetapkan Pancasila sebagai pemersatu segala perbedaan. Para founding father tersebut akhirnya bersepakat menetapkan bahwa Pancasila menjadi dasar negara, sebagai alat pemersatu bangsa yang beragam adat istiadat, budaya, ras, warna kulit dari Sabang sampai Merauke, dalam satu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menggunakan pakaian adat di peringatan hari lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2018, menjadi cerminan nilai-nilai Pancasila, berbeda-beda tetapi tetap satu dalam bingkai NKRI. Hal itu dikemukakan Dosen DPK STIE Lamappapoleonro, Soppeng, Dr A Jenni Indriakati, SE, M.Si, Ak.CA, salah satu peserta upacara hari lahir Pancasila.
Dia menggunakan pakaian adat Bugis saat turut menghadiri Upacara Hari Lahir Pancasila yang diadakan Kopertis IX Sulawesi. Diungkapkan dosen ini, dirinya merasa sangat senang menggunakan pakaian adat sekaligus mewakili etnis Bugis.
Baca Juga :
Alumni S3 Ilmu Manajemen UMI Makassar ini sangat mendukung bila Kopertis IX Sulawesi telah mengagendakan dalam memperingati hari Nasional tertentu dengan mengharuskan Pergurun Tinggi Swasta dalam lingkupnya mengenakan pakaian adat daerah masing-masing, seperti yang dilakukan pada upacara hari lahir Pancasila tahun ini.
“Pakaian adat yang dikenakan merupakan salah satu perekat budaya yang perlu terus diperkokoh dan untuk membangkitkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, agar bangsa kita menjadi bangsa yang kuat dan memiliki kemandirian yang tinggi,” kata wanita kelahiran Pinrang, 9 Januari 1975 ini. (*)
Komentar