MAKASSAR – Dalam bermuamalah melalui media sosial (medsos), umat Islam diajak mengedepankan asas kemaslahatan. Di lain sisi, dalam bermuamalah melalui medsos dilarang melakukan fitnah, ujaran kebencian, permusuhan, dan menyebarkan kebohongan.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan Drs Hidayat Nahwi Rasul, M.Si mengimbau warga LDII tidak memproduksi berita-berita bohong alias hoaks.
“Kita jangan terlibat berita hoaks yaitu membohongi orang banyak,” pesan Hidayat dalam pengajian umum DPD LDII Kota Makassar di Masjid Roudhotul Jannah, Jalan Berua Raya, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (13/1/2019).
Baca Juga :
Hadir dalam pengajian, beberapa pengurus harian DPW LDII Sulawesi Selatan, diantaranya Dr Abri MP, Ishak Andi Ballado SE, Asdar Mattiro SSos, Dr Sanusi Fattah, SE, M.Si, Dr Sukardi Weda, dan Ir La Hatta, M.Pd. Materi pengajian antara lain pengkajian ayat suci Alquran, kajian Syarah Asmaul Husna, informasi terkini tentang LDII, dan nasihat agama.
Dikatakan Hidayat, penggunaan media digital, khususnya media sosial, tidak jarang menjadi medium penyebaran informasi yang tidak benar. Selain itu, media sosial disalahgunakan untuk memuat hoaks, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, informasi palsu, kesimpangsiuran, dan permusuhan.
“Dosa kebohongan itu banyak. Warga LDII dalam bermedia sosial supaya tetap bijak,” kata Hidayat di hadapan ribuan peserta pengajian.
Warga LDII diajak menjadi elemen umat Islam yang bisa menyejukkan suasana. Sehingga akan menjadi penyejuk suasa, kontributif, dan menciptakan suasana yang positif.
Menyebarkan dan memproduksi konten atau informasi yang tidak benar kepada masyarakat dihukumi haram. Setiap orang yang memperoleh informasi di media sosial, baik yang positif maupun negatif, supaya melakukan verifikasi (tabayyun) sebelum menyebarkannya kepada orang lain.
Lanjut Ketua LDII Sulsel, konten yang dimuat hendaknya informasi yang bermanfaat, tidak berisi hoaks, ghibah, adu domba (namimah), bullying, ujaran kebencian, gosip, dan fitnah. Selain itu, bisa mendorong pada kebaikan dan ketakwaan.
“Kita supaya berbuat yang baik pada lingkungan. Kalau kita menerima informasi jangan mudah memviralkannya,” paparnya. (*)
Komentar