MAKASSAR – Rombongan penari dari Polres Tana Toraja rencananya akan hadir menari di Mapolda Sulsel Kamis (16/2/2017) pagi. Mereka dinobatkan sebagai duta seni Polda Sulsel.
Sebelumnya, Rabu (15/2/2017), sekira pukul 20.10 Wita, bersama sejumlah wartawan Makasaar bersantai di Cafe CCR, Jalan Pengayoman Makassar.
Rombongan penari ini terdiri dari Brigpol Isma, Briptu Rini, Bripda Ayu dan Bripda Jessica. Selain empat penari yang akan membawakan tari tradisional daerah Toraja Pagellu di Mapolda Sulsel, rombongan ini juga membawa dua pemain alat musik tradisional gendang masing-masing Bripda Julianto dan Bripda Reinhard.
Baca Juga :
Rencananya para penari dari Polres Tana Toraja ini akan menari pada hari Kamis (16/2/2017), sekira pukul 07.30 Wita di Mapolda Sulsel. Mereka akan membawakan tari Pa’Gellu di hadapan Kapolda Sulsel Irjen Pol Muktiono dan
Pejabat utama.
[NEXT]
Menurut sejarahnya, Tari Pa’Gellu ini dulunya ditampilkan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Namun seiring dengan berakhirnya masa perang, tarian ini lebih difungsikan sebagai tarian hiburan. Sehingga bisa ditampilkan di acara-acara seperti penyambutan tamu penting, pernikahan, pesta rakyat dan lain-lain.
Tari Pa’Gellu ini juga bisa ditampilkan kapan saja, baik siang maupun malam mengikuti permintaan yang punya hajat. Konon tarian ini harus dibawakan dengan gembira, sehingga apabila salah satu penari sedang berduka maka dia tidak diperbolehkan untuk manari. Selain untuk menghormati perasaan penari, hal tersebut juga merupakan aturan adat yang berlaku.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Tari Pa’Gellu ini difungsikan sebagai tarian yang bersifat hiburan dan memeriahkan suatu acara. Bagi masyarkat di sana, tarian ini juga dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur akan kebahagiaan yang mereka dapatkan.
Hal tersebut terlihat dari ekspresi para penari yang menari dengan wajah penuh senyum yang melambangkan keceriaan dan kegembiraan.
Tari Pa’Gellu ini biasanya ditampilkan oleh para penari wanita. Jumlah Tari Pa’Gellu ini biasanya terdiri dari 3-5 orang penari.
[NEXT]
Jumlah penari tersebut biasanya mempengaruhi formasi para penari, sehingga setiap jumlah penari mempunyai formasi sendiri dan berbeda-beda. Selain itu tarian ini juga bisa dimainkan di mana saja, baik di atas panggung maupun halaman rumah pemilik hajat sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi dan lingkungan.
Dengan diiringi musik pengiring, penari menari dengan gerakan yang cukup unik dan memiliki makna khusus di dalamnya. Gerakan tersebut lebih didominasi oleh gerakan tangan yang melambai-lambai dan gerakan kaki yang berjalan jinjit, serta diselingi dengan gerakan memutar badan.
Selain itu, ditengah pertunjukan biasanya salah satu penari menari di atas gendrang yang ditabuh oleh para pengiring. Gendrang tersebut tentunya sudah diberi alas agar tidak mudah roboh dan membuat penari terjatuh. Hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari Tari Pa’Gellu ini.
Pertunjukan Tari Pa’Gellu ini diiringi oleh musik tradisional berupa gendrang khas Toraja. Gendrang tersebut merupakan gendrang khusus yang ditabuh oleh 2 orang penabuh dari sisi yang berlawanan. Salah satu penabuh menggunakan dua alat pemukul dan satunya menggunakan satu alat pukul.
Cara menabuh setiap penabuh berbeda beda dan saling melengkapi. Untuk irama yang dimainkan biasanya bertempo cepat, namun disesuaikan dengan gerakan tari para penari. Namun kali ini rombongan penari dari Polres Toraja ini akan mengenakan pakaian dinas dikombinasi dengan pernak pernik
seperti kandaure, passa’pi dan sa’pi ulu.
[NEXT]
Untuk warna kostum Tari Pa’Gellu ini biasanya bervariasi, sehingga tergantung kelompok yang memainkan.
Menurut Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani, pagelaran tari tradisional ini sebagai salah satu apresiasi Kapolda Sulsel Irjen Pol Muktiono.
“Selain sebagai duta seni dari Toraja yang nantinya akan menghibur, sekaligus menyampaikan pesan bahwa polisi sebagai pengayom, pelayan dan pelindung masyarakat yang humanis” urai Kombes Pol Dicky Sondani kepada Lintasterkini.com. (*)
Komentar