MAKASSAR – Sejak awal bulan Ramadan, para pengemis mulai menjamur. Menempati sejumlah titik di Kota Makassar. Utamanya di sekitaran lampu merah.
Fenomena ini, tidak kunjung teratasi. Hampir tiap tahun dijumpai. Apalagi menjelang lebaran Idul Fitri. Para pengemis tumpah ruah di jalanan. Berharap belas kasih dari masyarakat.
Dari pantauan LINTASTERKINI, beberapa hari belakangan ini, kerap kali ditemukan pengemis di bawah jembatan Fly Over, pada malam hari.
Baca Juga :
Mirisnya lagi, pengemis itu masih berusia dini atau anak di bawah umur.
Rabu malam tadi (21/04/2021) misalnya, sejumlah anak tengah meminta uang di lampu merah perempatan Jalan Urip Sumohardjo-AP Pettarani-Tol Reformasi. Tepatnya di bawah jembatan Fly Over, di depan kantor keuangan (pajak).
Berbekal kardus kecil, mereka meminta uang kepada pengguna jalan dengan dalih bantuan “sumbangan”. Mondar-mandir. Berpindah dari kendaraan satu ke yang lainnya.
Tidak jauh dari lokasi, juga nampak anak sebayanya tengah bermain bersama seorang ibu. Diduga orangtuanya.
Berpindah ke tempat lain. Juga dijumpai anak pengemis sedang mangayuh becak di Jalan Boulevard. Juga beberapa di antaranya, tengah menjajakan koran.
Sebelumnya di sore hari, LINTASTERKINI juga menemukan dua anak sedang meminta uang di lampu merah perempatan Jalan Batua Raya-Abdullah Daeng Sirua-Taman Makam Pahlawan. Tepatnya di depan SMPN 8 Makassar.
Ke mana pemerintah?
Pertanyaan ini keluar dari mulut salah seorang warga yang tinggal di sekitaran Jalan Hertasning, bernama Arif.
Dia merasa kinerja pemerintah tidak maksimal. Apalagi, fenomena ini kerap dijumpai tiap hari sejak bulan Ramadan.
Arif bahkan menyoroti keberadaan Tim Raksi Cepat (TRC) milik Dinas Sosial (Dinsos) Makassar. Dianggap tidak bekerja.
“Bubarkan saja itu TRC. Mending, anggaran honor mereka dialihkan ke yang lebih bermanfaat. Misalnya, untuk kegiatan pembinaan anak jalanan atau kegiatan mengasa keterampilan dan bakat anak jalan, gelandang dan pengemis,” pungkasnya.
Dia juga mengaku, sering menemukan anak di bawah umur bersama orangtuanya markir di depan Kantor Perum-perumnas, Jalan Hertasning.
Mereka lanjut Arif, menggunakan becak.
“Saya sarankan, Dinsos lakukan kordinasi lintas sektoral. Penanganan anak jalanan, gelandangan dan pengemis. Ini kasus ekploitasi anak. Kebebasan dan hak anak dirampas. Dipaksa untuk mencari uang dengan mengemis,” tukasnya.
“Di pemerintahan, ada juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Perlindungan Anak. Harusnya, pihak terkait ini kompak membicarakan permasalahan anak jalanan, pengemis dan gelandangan,” lanjut Arif.
Sementara itu, Sekretaris Dinsos Makassar, Asvira Anwar mengatakan hal yang sama. Dinsos tidak bisa bekerja tanpa bantuan dari skateholder lainnya.
Sebab menurutnya, fenomena itu, dipengaruhi banyak faktor. Tidak hanya persoalan ekonomi saja. Termasuk masalah pendidikan.
“Kendala lain yang kita hadapi, tidak ada tempat menampung mereka ketika sudah terjaring. Anggap, hari ini kita jaring (amankan), besok sudah dijemput orangtuanya. Kalau pun kita mau lakukan pembinaan, tempatnya tidak ada,” ujar Asvira.
Asvira kemudian bilang, Dinsos Makassar tengah menggodok program untuk mengatasi masalah tersebut. Apalagi, saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19. (*)
Komentar