JAKARTA — Pemerintah terus berupaya menangani pasien COVID-19. Termasuk menghadapi penambahan kasus baru pasca libur panjang akhir tahun 2020 dan tahun baru 2021.
Komandan lapangan RSDC Wisma Atlet Jakarta, Kol. Laut (K) dr. Tjahja Nurrobi, M.Kes, Sp.OT mengatakan, Jumat (22/1/2021) mengatakan, untuk itu pihaknya telah melakukan upaya-upaya sejak Desember 2020, yaitu menambah Intermediate Care Unit (IMCU), sehingga sekarang kita mempunyai 94 IMCU, 27 High Care Unit (HCU), dan 12 Intensive Care Unit (ICU),
Jumlah ini bisa ditingkatkan lagi, mengingat kedepannya, ada kecenderungan kasus Covid-19 tetap naik. Kondiai di RSDC Wisma Atlet sendiri, kata dia, kapasitasnya sudah melebihi 82,33% per hari ini.
Baca Juga :
“Apabila (kasus Covid-19) ini terus meningkat, kita akan menyiapkan Wisma Atlet yang berlokasi di Pademangan, yaitu menara 8-10. Sudah kita siapkan sejak saat ini,” terang Kol. Laut (K) dr. Tjahja Nurrobi.
Dalam dialog produktif bertema “Kesiapan Rumah Sakit Tangani Pasien Covid-19 yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat (22/1/2021),
Kol. Laut (K) dr. Tjahja Nurrobi menjelaskan, selain kapasitas tempat tidur, RSDC Wisma Atlet juga menambahkan perlengkapan lainnya.
“Perlengkapan dan peralatan di ICU kita sudah siapkan, kemudian untuk personil tenaga kesehatan (nakes) kita tetap mintakan penambahan ke Kemenkes. Saat ini jumlah personil di Wisma Atlet sekitar 2.600 terdiri dari 2.300 medis, sisanya nonmedis,” terang Kol. Tjahja Nurrobi.
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL(K), MARS yang menjabat Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan menambahkan, pada Juli-September 2020 sebenarnya Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit di Indonesia ada di angka rata-rata 35-40% secara nasional. Namun saat ini BOR ini posisinya 80% ke atas.
“Saat ini BOR (Bed Occupancy Rate) atau tingkat keterisian tempat tidur kita sudah pada posisi 80% ke atas. Sehingga ada kemungkinan beberapa masyarakat yang tidak tertampung rumah sakit dan berdampak pada tingginya jumlah kematian dan angka penularan kepada tenaga kesehatan kita,” terang Prof. dr. Abdul Kadir.
Lebih lanjut lagi, Prof. Abdul Kadir menjabarkan, tempat tidur yang disiapkan untuk pasien COVID-19, baik itu ruangan isolasi maupun yang lainnya berjumlah 81.032. Kalau dilakukan perbandingan dengan jumlah pasien yang saat ini dirawat di rumah sakit sebanyak 52.319, artinya BOR untuk COVID-19 masih ada di posisi 64,83% secara nasional.
“Namun demikian jika dilihat kota per kota, memang sekarang ini ada beberapa daerah yang BOR-nya mencapai 82%. Bahkan pernah tercatat sampai 88%,” teranganya.
Kendati begitu, pencegahan harus dilakukan menyeluruh dari hulu sampai hilir. Alasannya, karena apabila hanya menyiapkan rumah sakit, akhirnya akan terjadi kelelahan. Maka dari itu semua elemen masyarakat diharapkan bersama-sama melaksanakan pencegahan itu,.
“Yang paling penting di samping melakukan pelayanan maksimal di rumah sakit, bagaimana mencegah masyarakat tidak jatuh sakit. Sehingga saya menghimbau masyarakat dapat berkontribusi dengan cara disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Kalau perlu, masyarakat diharapkan membatasi pergerakan,” pesan Prof. dr. Abdul Kadir.
Prof. Abdul Kadir menghimbau, masyarakat saat ini diharapkan agar tetap tenang, mempercayakan semua penanganan ini kepada pemerintah. Karena kalau dilihat dari analisis tiga hari terakhir ini, BOR rumah sakit sebenarnya cukup datar, tidak ada peningkatan yang bermakna, seperti di Jakarta di kisaran BOR 84%, 82%, 80%, seperti itu, tidak signifikan.
“Hindarilah hoaks, agar tetap bersikap optimis menyikapi masalah ini. Jangan membuat masyarakat ini jadi gaduh dan gelisah,” tutupnya. (*)
Komentar