LINTASTERKINI.COM — Baru-baru ini, seorang dokter mendapati pasiennya yang berusia 25 tahun mengeluarkan air mata darah saat sedang haid. Kok bisa?
Kondisi yang terbilang langka ini dikenal sebagai “menangis darah” atau hemolacria, yang terjadi akibat penyebab yang berbeda-beda.
“Dalam beberapa kasus, hemolacria terjadi bertepatan di awal masa haid, tapi dengan keadaan mata yang normal dan tidak sakit atau terluka,” tulis dokter tersebut dalam laporannya.
Baca Juga :
Pada dasarnya, siklus haid normal terkadang dapat memicu perdarahan di luar rahim, yang dikenal sebagai vicarious menstruation.
Menurut laporan itu, tetesan air mata darah kemungkinan mewakili konvergensi yang sangat tidak biasa dari dua kondisi yakni vicarious menstruation dan hemolacria saat sedang haid.
Meskipun menangis darah ketika masa haid tampaknya mengkhawatirkan, namun dokter tidak menemukan kerusakan pada mata.
Artinya, kondisi menangis darah itu tidak disertai dengan sakit kepala dan masalah kesehatan lainnya.
Para peneliti dalam jurnal BMJ Case Reports edisi Maret juga menuliskan, tidak ada tanda-tanda kelainan pada sinus atau saluran air mata saat seorang perempuan menangis darah.
Penyebab hemolacria
Berdasarkan laporan yang diterbitkan pada 14 Februari oleh National Center for Biotechnology Information, ada sejumlah penyebab umum terjadinya hemolacria.
Beberapa di antaranya adalah peradangan, trauma, jaringan abnormal di tubuh atau lesi, tumor, hipertensi, penyakit seperti ikterus dan anemia, serta gangguan pembuluh darah.
Para dokter juga mengidentifikasi penyebabnya berasal dari kondisi vicarious menstruation, yang dapat menyebabkan pendarahan dari hidung, telinga, paru-paru, puting susu, usus, kulit, dan mata.
Selain itu, jenis jaringan mata tertentu diketahui dapat dipengaruhi oleh perubahan hormonal.
Misalnya, kurva dan ketebalan kornea dapat bervariasi selama fase yang berbeda dari periode haid, kehamilan, dan menyusui, sehingga memicu pendarahan dari mata.
Perempuan yang menangis darah itu kemudian dirawat dengan kontrasepsi oral. Setelah tiga bulan menjalani terapi hormonal, dia tidak mengalami insiden pendarahan tambahan.
“Ini adalah kasus klinis yang langka dan tidak biasa,” ungkap para dokter.
Namun, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami dengan tepat apa yang menyebabkan perempuan menangis darah saat sedang haid.
Penelitian lanjutan juga dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kondisi seperti itu dapat dikelola secara efektif dalam jangka panjang.(*)
Komentar