Logo Lintasterkini

Cerita Perempuan Berau yang Baru Enam Tahun di Palu

Abdul Gaffar Mattola
Abdul Gaffar Mattola

Selasa, 02 Oktober 2018 00:58

Irma (27), warga asal Berau, Kalimantan Timur.
Irma (27), warga asal Berau, Kalimantan Timur.

MAKASSAR – Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter dan tsunami yang melanda daerah Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat sore, (28/9/2018), memporak-porandakan Kota Palu, Donggala, Sigi, Talise, dan sekitarnya. Saat ini evakuasi terhadap korban terus dilakukan, khususnya dari Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Di Makassar sendiri, tepatnya di Asrama Haji Sudiang, sejak Minggu (30/9/2018) korban terus didatangkan dari Palu, diutamakan yang luka berat dan memiliki anak kecil. Salah satu korban yang diungsikan, Irma (27), warga asal Berau, Kalimantan Timur yang berdomisili di Sigi, Sulawesi Tengah saat ini berada di Asrama Haji Sudiang Makassar.

Wanita beranak dua ini mengatakan bahwa gempa di Palu merupakan hal biasa. Namun baru kali ini, gempa yang terjadi Jumat sore itu getarannya dahsyat.

“Kita di Sigi dan sekitarnya sudah biasa dengan gempa-gempa kecil, 5 skala richter itu biasa kami rasakan. Tapi baru kali ini kami merasakan getaran yang lama dan goncangan yang besar berkekuatan 7,7 skala richter,” tutur Irma sambil bermain bersama kedua anaknya, Andi Ahmad Rafi (4,5) dan Adiba Rafaila (1).

Suami Irma masih berada di Sulteng untuk mencari cara agar bisa kembali survive. Ia hanya menyuruh Irma dan anak-anaknya ke Makassar agar bisa bertemu dengan keluarganya yang berada di Makassar untuk kembali ke Berau.

“Suami saya masih di sana (Sulteng), saya dan anak-anak yang disuruh kesini (Makassar) untuk ketemu keluarga, dia menyuruh saya untuk kembali ke Berau untuk sementara waktu dan dia tetap disana mencari cara bagaimana kita bisa bangkit lagi,” kata Irma dengan senyum penuh pengharapan.

Irma tiba di Makassar pada pukul 19.00 Wita, Minggu (30/9/2018). Saat ini ia telah dijemput sanak keluarganya dan selanjutnya akan kembali ke kampung halamannya di Berau, Kaltim.

Irma menikah dengan lelaki asal Palu, lalu kemudian memilih untuk ikut suaminya yang bekerja sebagai pegawai di Dinas PU, Sigi, Sulteng. Namun naas, setelah 6 tahun hidup di Sigi, musibah besar melanda daerah tersebut tanpa sisa.

Sementara itu anak pertama Irma yang bernama Rafi terus memanggil sang ayah.

“Ma, Papa kenapa tidak ikut?,” tanya Rafi kepada ibunya dan siapa saja yang mengunjunginya.

Irma hanya menjawab jika ayah Rafi memperbaiki rumah.

“Papa lagi perbaiki rumah, Nak,” jawab Irma kepada Rafi. (*)

Penulis : Mul

 Komentar

 Terbaru

News29 November 2024 23:10
Frederik Kalalembang Temui Kapolda Sulsel, Soroti PT Masmindo dan Apresiasi Keamanan Pilkada
MAKASSAR – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Irjen Pol (Purn) Frederik Kalalembang, mengadakan pertemuan dengan Kapolda Sulawesi Selatan, ...
News29 November 2024 20:45
Bumi Karsa Tuntaskan Penanaman 5.500 Pohon di Sulawesi, Jawa hingga Sumatera
MAKASSAR – Bumi Karsa kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan. Penanaman 5.500 pohon telah dilakukan pada berbagai pro...
Ekonomi & Bisnis29 November 2024 20:39
Dorong Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Sulselbar-BPS Kembali Gelar SNLIK 2025
MAKASSAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulsel Sulbar bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel dan BPS Provinsi Sulbar ke...
News29 November 2024 14:04
PPDB Sekolah Islam Athirah Dibuka Mulai 1 Desember 2024
MAKASSAR – Sekolah Islam Athirah membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026 mulai 1 Desember 2024. Total kuota yang dis...