BANJARMASIN – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berupaya merealisasikan pendidikan berkualitas bagi seluruh warga negara sesuai amanat konstitusi. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, dalam dialog pendidikan bersama warga sekolah SMA Negeri 7 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Dalam kesempatan tersebut, Wamen Atip menekankan pentingnya keunggulan yang berdiferensiasi di setiap entitas pendidikan. “Kita semua dituntut untuk menghadirkan pendidikan berkualitas, di mana setiap insan memiliki keunggulan yang berbeda. Hal ini juga tidak terlepas dari para pendidik, yang hadir dengan kompetensi dan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni,” ujarnya di Banjarmasin, Sabtu (8/2).
Selain berdialog dengan para guru dan siswa, Wamen Atip juga meninjau program pengelolaan sampah daur ulang yang dijalankan oleh siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin. Program ini telah berjalan selama satu tahun dan dikelola oleh enam siswa yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan di sekolah.
Baca Juga :
Salah satu anggota tim, Affanda Rasya Ramadhan, menjelaskan bahwa program ini berawal dari lomba Wirausaha Ekonomi Hijau yang diselenggarakan oleh Kalsel Kreatif. “Dalam lomba ini, kami harus membuat program bagaimana isu lingkungan dapat menjadi wirausaha. Kami melihat banyaknya tumpukan botol plastik di lingkungan sekolah. Untuk mengatasinya, kami membuat keranjang sampah khusus botol plastik di setiap dua kelas. Setiap satu atau dua minggu sekali, kami mengumpulkan dan memilah sampah tersebut. Tutup botol, botol, dan labelnya dipisahkan untuk diolah lebih lanjut. Tutup botol kami jadikan gantungan kunci sebagai produk wirausaha, sementara botol dan labelnya dijadikan ecobrick,” jelas Affanda.
Berkat inovasi ini, tim mereka berhasil meraih juara kedua dalam lomba tingkat Kalimantan Selatan. Affanda juga menjelaskan proses pengolahan sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi. “Tutup botol yang sudah dipilah akan dicacah menggunakan mesin, dilelehkan di oven, lalu diratakan menjadi kepingan. Setelah mengeras, kepingan tersebut dipotong menjadi berbagai bentuk huruf menggunakan mesin potong manual, lalu dihaluskan. Produk akhirnya adalah gantungan kunci yang kami jual kepada guru dan siswa di sekolah,” tambahnya.
Meskipun program ini telah berjalan dengan baik, tantangan masih ada, terutama dalam keterbatasan bentuk produk yang bisa dibuat dengan peralatan manual. “Saat ini, bentuk yang bisa kami buat masih terbatas. Kami berharap dengan mesin yang lebih baik, kami bisa menciptakan bentuk yang lebih beragam,” ujar Affanda.
Sebagai bagian dari keberlanjutan program, para siswa kelas 12 yang mengelola proyek ini juga telah menyiapkan generasi penerus agar program dapat terus berjalan. “Kami sudah mempersiapkan para penerus kami agar mereka bisa melanjutkan program ini dan mengembangkannya ke skala yang lebih besar. Mungkin mereka tidak hanya melanjutkan program yang ada, tetapi juga menemukan isu lingkungan lain di sekolah dan menciptakan solusi inovatif,” tutupnya.
Kemendikdasmen mengapresiasi upaya siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin dalam mengembangkan program berbasis kepedulian lingkungan yang juga memiliki nilai wirausaha. Diharapkan inovasi semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan yang positif. (*)
Komentar