MAKASSAR – Direktur Utama (Dirut) PD Terminal Makassar Metro, Arsony akhirnya angkat bicara soal videonya yang viral tengah terlibat keributan di Terminal Regional Daya (TRD).
Dia tidak menampik. Jika pada video berdurasi 4 menit 21 detik itu, dirinya sedang memegang golok atau parang.
Kepada LINTASTERKINI, dia mengaku, kejadian itu terjadi pada Februari 2021 lalu. Tepatnya tiga minggu yang lalu.
Baca Juga :
“Iye, tiga minggu lalu (kejadiannya). Hari itu, hari Minggu. Saya di ruangan, tiba-tiba dengar suara gaduh. Jadi saya langsung lari turun ke bawah untuk menghalau mereka yang teriak-teriak ganggu penumpang,” ungkapnya via pesan singkat WhatsApp.
Setelah melihat keributan itu yang juga melibatkan ibu-ibu, membuat dirinya harus mundur. (baca sebelumnya: Viral! Layaknya Preman, Dirut Terminal Lawan Ibu-ibu dengan Golok)
“Itu istri-istri mereka para penghuni liar terminal, datang teriak teriak makanya saya mundur. Setelah itu, saya naik kembali,” tuturnya ditanya soal siapa ibu-ibu yang juga memegang parang.
Bahkan, kasus ini diakuinya sudah dilaporkan ke polisi.
“Saya sudah laporkan mereka di Polsek. Dan besok (Rabu) saya cek lagi,” ujar Arsony.
Keributan seperti ini, lanjutnya, kerap terjadi di terminal. Dipicu karena maraknya aksi terminal liar. Ditambah lagi tidak adanya perangkat keamanan yang memadai.
Arsony lalu bilang, dia hanya ingin menegakkan aturan. Hanya mau mengembalikan fungsi terminal sesuai dengan standar operasional.
“Saya ambil resiko berat demi amanah jabatan saya,” pungkasnya.
“Jangankan parang. Basoka lagi kalau saya punya, akan saya gunakan untuk lindungi (kepentingan) publik yang ada menggunakan jasa terminal jika terpaksa. Itu tanggung jawab saya melindungi mereka, serta melindungi diri,” ketusnya melanjutkan.
Dia menjelaskan, belakangan ini, perangkat perusahaan daerah telah melakukan fungsi penegakan terhadap aksi para penikmat terminal liar. Hanya saja, kerap mendapat perlawanan. Sehingga menjadi pemicu keributan.
“Banyak pegiat terminal yang sudah terlalu lama nyaman dengan kesemrawutan dan ketidakteraturan merasa terusik dengan standar pelayanan publik yang benar. Makanya, tiap hari mereka teriak-teriak di ruang tunggu,” jelas Arsony.
Bahkan kata Arsony, tindakan mereka sampai-sampai mengadang bus yang akan masuk ke dalam terminal.
“Menyetop bis sesukanya untuk ditawari angkutan ilegal dengan harga yang mahal pada penumpang. Mereka mau terus sesukanya paksa penumpang naik di angkutan plat hitamnya dengan harga yang mereka tentukan sesukanya,” bebernya.
“Makanya sebagai pengelola kami bertanggungjawab terhadap kenyamanan dan keamanan publik yang menggunakan jasa terminal,” ucap Arsony sambil memperlihatkan rekaman video penikmat terminal liar sedang mengadang bus.
Terakhir, Arsony menyatakan jika permasalahan ini sering kali dicarikan jalan keluar. Akan tetapi tidak indahkan oleh mereka.
“Sudah sering kami imbau, tapi nda mau mendengar,” tutup politisi PDIP Makasar ini kepada LINTASTERKINI.
Komentar