Belum lama ini publik tengah dihebohkan dengan kabar penonaktifan Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara lantaran kasus penyelundupannya.
Kemudian itu, menyusul kabar cukup mengejutkan dari presenter kondang Helmy Yahya yang kini menjabat sebagai Direktur Utama TVRI. Nama Helmy Yahya kembali muncuat di permukaan lantaran kabar pencopotan jabatan dirinya sebagai dirut TVRI oleh Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik TVRI. Akhirnya, kabar tersebut cukup menghebohkan publik, juga termasuk para selebriti ikut bersuara.
Kabar itu menyebar di beberapa akun media sosial mengenai beberapa masalah yang membuat Helmy Yahya tersingkir dari jabatannya.
Baca Juga :
Salah satu kesalahannya adalah dirinya tak bisa menjelaskan atau menjawab pembelian program berbiaya besar, seperti Liga Inggris.
Seperti yang diketahui, TVRI menjadi televisi nasional yang berani menyiarkan beberapa pertandingan Liga Inggris musim 2019/2020.
Namun sayangnya, menyiarkan Liga Inggris musim ini menjadi malapetaka bagi Helmy Yahya. Posisinya pun kemungkinan besar terancam karena hal ini.
Penonaktifan Helmy Yahya tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Penetapan Non-Aktif Sementara dan Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama LPP TVRI periode 2017-2022.
Surat keputusan tersebut ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI Arief Hidayat Thamrin tanggal 4 Desember 2019.
“Saudara tidak menjawab atau memberi penjelasan mengenai pembelian program siaran berbiaya besar antara lain Liga Inggris dari pelaksanaan tertib administrasi anggaran TVRI,” begitu bunyi poin pertama yang tertuang dalam surat pemberitahuan pemberhentian Hemly Yahya sebagai Direktur Utama TVRI, dikutip dari Indosport. Com Jumat (17/1/2020).
Hak siar Liga Inggris memang diketahui sangat mahal, sehingga tak ada TV nasional yang berani membayar biaya tersebut.
Media besar seperti Sky Sport dan BT Sport saja harus merogoh sakunya sebanyak 4,4 miliar Poundsterling atau setara dengan Rp85 triliun.
Sedangkan menurut laporan Stadiumastro.com, setiap TV yang ingin menyiarkan pertandingan Liga Inggris harus membayar 9,2 miliar pounds atau sekitar Rp171 triliun.
Biaya itu tentunya sangat besar, yang akhirnya mungkin membuat pengeluaran keuangan TVRI menjadi tidak stabil.
Selain masalah ketidakmampuan Helmy Yahya dalam menjawab pembelian program Liga Inggris, ada pula poin-poin yang membuat lengser dari jabatannya.
1. Terdapat ketidaksesuaian re-branding TVRI dengan rencana kerja yang sudah ditetapkan. Selain itu, karena produksi siaran tidak mencapai target akibat anggarannya tidak tersedia.
2. Beberapa dokumen menyatakan sebaliknya dari jawaban terhadap penilaian pokok surat pemberitahuan rencana pemberhentian (SPRP) antara lain mutasi pejabat struktural yang tidak sesuai norma dan standar manajemen ASN.
3. Penunjukkan kuis Siapa Berani melanggar Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
4. Premis-premis yang diajukan Helmy tidak bisa meyakinkan Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik TVRI.
Sementara itu, Helmy Yahya yang dikonfirmasi oleh sejumlah wartawan mengatakan bahwa dirinya tak entu saja tak langsung menerima keputusan yang dikeluarkan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) tadi.
Mantan pembawa acara “Kuis Siapa Berani” itu melawan atas keputusan pencopotan dirinya, lantaran tak ada dasar yang jelas. Helmy Yahya membenarkan surat keputusan penonaktifan dirinya dari Dirut TVRI. Namun, ia menyatakan masih berstatus Dirut TVRI.
“Iya benar. Tapi saya tetap Dirut TVRI secara sah dan didukung semua Direktur. Save TVRI,” kata Helmy saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (16/1/2020). (*).
Komentar