LINTASTERKINI.COM – Pemerintah Jepang mengakui bahwa jika negaranya diserang nuklir oleh Korea Utara, warga Negeri Sakura hanya punya waktu selama 10 menit untuk bersiaga dan menyelamatkan diri.
Hanya setara 600 detik pula waktu yang dimiliki pemerintah untuk mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan evakuasi dari kedatangan misil nuklir Kim Jong-un yang akan menghantam Jepang.
Informasi itu muncul ke permukaan publik setelah sebuah situs elektronik yang dikelola Cabinet Secretariat (Sekretariat Kabinet Jepang) mengalami lonjakan pengunjung hingga sebanyak 2,6 juta sepanjang bulan April 2017. Lonjakan itu disebabkan oleh konten situs tersebut yang sempat memuat topik tentang perlindungan sipil. Tak dinyana, konten itu banyak menarik perhatian masyarakat Nippon.
Baca Juga :
Seperti yang dilaporkan oleh kantor berita Japan Times, pada minggu ketiga April 2017 lalu, sempat diadakan pertemuan regional di Tokyo tentang manajemen bencana. Pertemuan itu membahas tentang pembuatan hukum dan implementasi simulasi evakuasi berskala nasional.
“Sebuah misil nuklir yang diluncurkan baru dapat terdeteksi beberapa menit setelah peluncuran. Alarm peringatan baru bisa memberikan imbauan darurat sekitar 4 hingga 5 menit sebelum menyentuh target,” kata Walikota Osaka Hirofumi Yoshimura seperti yang dikutip oleh Time, Selasa, (25/4/2017).
Jika terjadi serangan, pemerintah Jepang melalui Sekretariat Kabinet-nya mengimbau warga untuk berlindung di bunker bawah tanah atau bangunan beton yang kokoh. Jika tidak memiliki atau tidak mampu mencapai bangunan tersebut, warga dianjurkan untuk merunduk di bawah meja atau tiarap di lantai. Siswa di Osaka disarankan berlindung di bawah meja jika misil nuklir menimpa bangunan sekolah mereka.
Kekhawatiran Negeri Matahari Terbit menjadi target rudal nuklir Pyongyang dinilai masuk akal. Jepang diketahui menampung sejumlah aset militer milik Amerika Serikat, yang saat ini menjadi seteru Kim Jong-un. Sekitar 54.000 pasukan dan sejumlah alutsista Negeri Paman Sam berada di Negeri Sakura.
Saat ini, tensi di negara sekitar Semenanjung Korea sedang berada pada kondisi yang cukup tegang. Pernyataan saling balas serangan misil kerap dilontarkan sejumlah tokoh petinggi negara yang terlibat pada ‘perang dingin’ Korea Utara versus sejumlah negara koalisi Amerika Serikat. (*)
Komentar