Logo Lintasterkini

Keroyokan Lakukan Pengawasan, Efektif Tingkatkan Kinerja Guru

Abdul Gaffar Mattola
Abdul Gaffar Mattola

Senin, 31 Oktober 2016 18:34

Nurcaya, pengawas guru di Kabupaten Maros.
Nurcaya, pengawas guru di Kabupaten Maros.

MAROS – Berdasarkan Survei yang dilakukan oleh Program for International Student Achievement (PISA) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2012, 76% siswa Indonesia  penyerapan terhadap pelajaran matematikanya rendah dan sangat rendah. Uji kompetensi guru yang dilaksanakan oleh pemerintah tahun 2015 mempertegas bahwa hal itu disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam mengajar.

Jamaruddin selaku Provincial Coordinator Usaid Prioritas Sulsel mengemukakan bahwa nilai Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 menunjukkan rata-rata nilai kompetensi guru masih dibawah standar yaitu hanya 53 dari nilai maksimal 100. Rendahnya penyerapan siswa sebenarnya hampir terjadi di semua pelajaran dan tentu saja kompentensi guru adalah salah satu penyebabnya.

Sayangnya, kepala sekolah dan pengawas, yang seharusnya mampu menilai kemampuan guru mengajar dan membina mereka menjadi lebih baik, tidak memiliki kapasitas memadai untuk melakukan hal tersebut. Rata-rata hasil nilai uji kompetensi pengawas secara nasional tahun 2015 cuma 41, 49, dan kepala sekolah cuma 45,92 jauh dibawah nilai maksimal 100.

“Ujung-ujungnya berakibat pada rendahnya kapasitas siswa. Pada akhirnya yang jadi korban selalu siswa dan masa depan bangsa ini,” jelas Jamaruddin.

Mencermati rendahnya kapasitas kepala sekolah, Ibu Nurcaya, pengawas sekolah di Maros memiliki cara unik tersendiri untuk mengatasi hal tersebut. Dia mengorganisasi kepala sekolah untuk bersama-sama mengawasi satu guru saja pada jadwal yang sudah ditentukan bersama.

“Banyak guru setelah diawasi malah protes dengan nilai yang diberikan. Hasil penilaian supervisi kepala sekolah sering tidak konsisten.  Kebanyakan karena supervisor atau kepala sekolah sendiri tidak mengetahui secara persis aspek-aspek yang dinilai dalam supervisi, misalnya saja mereka kurang mengetahui aspek yang dinilai pada pokok melayani perbedaan individu dan indikator-indikatornya,” ujar Nurcaya.

Sebagai seorang pengawas yang memantau pelaksanaan kegiatan  supervisi tersebut, Nurcaya kemudian menggagas supervisi  kepala sekolah secara berkelompok kecil (2-3 orang). Selama ini supervisi dilaksanakan sendiri-sendiri.

[NEXT]

“Dengan supervisi kelompok ini, saya berharap masing-masing individu saling bisa belajar  dan saling mengisi dalam memahami instrument-instrumen pengawasan,” ujarnya.

Gagasan Nurcaya diterima dengan baik oleh para kepala sekolah di salah satu gugus kecamatan di Turikale Maros. Mereka langsung membuat jadwal dan mengangkat ketua kelompok masing-masing.

Ketua kelompok ini merupakan orang-orang yang sebelumnya pernah dilatih baik mengenai pengawasan sekolah maupun pembelajaran oleh Usaid Prioritas. Sehingga dianggap mampu menularkan ilmunya kepada yang lain.

Para kepala sekolah sebelumnya juga difasilitasi memahami instrumen yang akan digunakan dengan dipandu oleh masing-masing ketua kelompok. Nurcaya sebagai pengawas menjadi nara sumber. Mereka mendiskusikannnya hingga semua indikator yang akan diamati terpahami secara baik oleh masing-masing kepala sekolah.

Sesuai jadwal, mereka kemudian melakukan  pengawasan satu guru di satu sekolah secara bersama dengan menggunakan instrumen yang sama pula. Setelah pengamatan selesai, kelompok tersebut menganalisis secara bersama hasilnya dan membuat kesimpulan serta rekomendasi dari obyek yang sama pula untuk menyusun program perbaikan kualitas pembelajaran berikutnya.

Analisis dan refleksi ini dilakukan di sekolah. Selanjutnya hasilnya diteruskan kepada guru yang bersangkutan. Refleksi juga dilakukan di kelompok besar MKSS dengan melibatkan pengawas, yang memberikan penguatan lebih lanjut. Dengan refleksi di MKKS, maka semua kepala sekolah juga mendengar, bisa ikut belajar dan memberi masukan.

Ternyata dengan cara demikian, kapasitas mengawasi dan membina guru oleh kepala sekolah naik dengan pesat. Ini terbukti dengan kemampuan mengoperasionalisasikan penilaian dengan lebih detail dan terperinci.

Mereka juga mencatat fakta-fakta pembelajaran dengan lebih banyak. Hasil evaluasi  menunjukkan mereka sangat puas dengan kegiatan ini dan bahkan berharap sebenarnya kegiatan seperti ini dilakukan  sejak dulu, supaya nilai mereka lebih meningkat dalam UKKS dan lebih bisa meningkatkan kapasitas guru. (*)

 Komentar

 Terbaru

News26 Juni 2025 23:30
Hadiri Rakernis Bidpropam Polda Sulsel, Polres Toraja Utara Raih Penghargaan Terbaik Pertama Kategori Jumlah Pelanggaran Terminim
TORAJA UTARA – Prestasi membanggakan kembali diraih Polres Toraja Utara dalam forum Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Bidang Profesi dan Pengamanan ...
Pendidikan26 Juni 2025 20:47
O2SN Jenjang SD se-Kota Makassar 2025 Resmi Dibuka, 97 Siswa Berlaga di Tiga Cabang Olahraga
MAKASSAR — Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang Sekolah Dasar (SD) tingkat Kota Makassar tahun 2025 resmi dibuka di Tribun Karebosi, Kam...
News26 Juni 2025 16:03
Optimalkan Pelayanan dan Pendapatan, Perumda Parkir Makassar Gelar Pemeriksaan Kendaraan Operasional
MAKASSAR — Dalam rangka menjaga kesiapan dan kelayakan kendaraan operasional, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Parkir Makassar melaksanakan pemeriks...
News26 Juni 2025 12:27
Pemkot Makassar Percepat Pembenahan TPA Antang, Siapkan Armada Baru dan Sistem Sanitary Landfill Modern
MAKASSAR — Pemerintah Kota Makassar terus menunjukkan komitmen kuat dalam menata sistem pengelolaan sampah secara menyeluruh. Di bawah kepemimpinan ...